Presiden Joko Widodo atau Jokowi yakin pelepasan harga bahan bakar minyak (BBM) ke mekanisme pasar tidak akan membebani masyarakat. Pasalnya, pihaknya telah menghitung potensi rebound atau kenaikan kembali harga minyak dunia tidak akan besar.
"Kalau dari beberapa ramalan dan kalkulasi memang (harga minyak dunia) turun, turun, kemudian naik. Tapi naiknya, perkiraan kita tidak akan banyak," ujarnya saat ditemui seusai makan siang di Restoran Sea Food Wiro Sableng 212, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (8/1).
Dia mengklaim jika masyarakat tidak mempermasalahkan atas kebijakan penghapusan subsidi jenis Premium ini. "Saya kira masih, masih di bawah yang kita kalkukasikan," tuturnya.
Sebelumnya, harga BBM Februari berpotensi kembali menurun. Sebab, harga rata-rata minyak dunia saat ini berada di bawah USD 50 per barel.
"Kemungkinan bisa turun (bulan depan)," ujar Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di kantornya, Jakarta.
Sebagai gambaran harga BBM bulan ini ditentukan berdasarkan harga rata-rata minyak dunia pada Desember berada di kisaran USD 50 per barel. Makanya, harga premium meski tak disubsidi lagi turun menjadi Rp 7.600 per liter dari sebelumnya Rp 8.500 per liter.
Sementara harga
Solar
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan harga keekonomian BBM dipengaruhi oleh harga patokan Means of Platts Singapore (MOPS) dan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Nanti bulan depan akan ditetapkan lagi. Tunggu saja akan ada penurunan berikutnya," tutur Sofyan. (Merdeka.com )
0 komentar:
Posting Komentar